Kamis, 30 Juli 2009

Judul Film : "Denias, Senandung Diatas Awan"


Jenis Film :
Dramm-All Age (G)

Pemain :
Albert Fakdawer, Ari Sihasale, Marcella Zalianty, Mathias Muchus, Michael Mohede, Audrey Papilaya

Sutradara :
John De Rantau

Production Company :
Alenia Productions

Official Homepage :
www.deniasmovie.com

Trailiers :
www.deniasmovie.com


Denias, anak seorang petani suku di pedalaman tengah Papua yang selalu bersemangat dan ingin bersekolah.� Dunia Denias adalah dunia sederhana, bermain dan bersekolah selain membantu Bapak di ladang.

Agar bisa tetap sekolah, Denias pergi meninggalkan rumah. Meskipun sangat jauh dan banyak rintagannya, Denias terus mengejar cita-citanya.� ditempat yang dituju, perjuangan Denias belum selesai, sebagai anak suku buasa, Denias tidak mungkin boleh bersekolah di sekolah fasilitas itu.� Perkenalannya dengan Enos membuat Denias bisa masuk ke dalam halaman sekolah dan berupaya memetik pengetahuan dengan caranya sendiri.

Putri Wamena, Debutan Yang Ingin Juara

rumwan.gif Jika kita perhatikan dari jauh tentu tak akan menyangka jika tim putri Wamena adalah kesebelasan Putri. Kecepatan dan fisik mereka bisa dikatakan luar biasa. Sungguh menjadi pemandangan yang menarik melihat kiprah tim pendatang baru dari Wamena ini.

Penampilan Putri Wamena memang mengundang decak kagum. Dalam aksi di laga perdana mereka menghempaskan kesebelasan Putri Bangka Belitung 4 – 1. Kekuatan fisik mereka patut diacungi jempol. Ditunjang skill yang memadai, mereka mampu bermain cepat selama 90 menit pertandingan.

Dalam pertandingan kedua yang berlangsung Selasa (1/8) kemarin, Putri Wamena kembali meraih kemenangan 1-0 atas Putri Mataram. Ditemui usai pertandingan, pelatih Putri Wamena A. Rumbina mengaku sedikit kecewa atas permainan yang diperlihatkan anak asuhannya dalam pertandingan ini.

” Senang sih senang dengan kemenangan tadi. Tapi anda bisa lihat, sepanjang babak kedua kami mengurung pertahanan Putri Mataram sampai – sampai kiper kita tidak pernah memegang bola, tapi hanya satu gol yang tercipta, ” ujar Rumbina.

’ Anak – anak bermain kurang tenang, terutama lini depannya. Mereka juga kurang variatif dalam membongkar pertahanan Mataram,” tambah Rumbina.

”Atau mungkin karena kostum yang dipakai anak – anak hari ini warnanya merah-putih sehingga mereka selalu sial, bukan seperti kemarin dengan baju kebesaran Wamena dengan warna kombinasi hitam-hijau,” seloroh pelatih Wamena ini.

Memang sepanjang pertandingan Putri Wamena menguasai hampir separuh lapangan pertandingan. Namun upaya mereka untuk mencetak gol selalu kandas. Hal ini juga tak lepas dari permainan bertahan total yang dilakukan Putri Mataram. Ditambah dengan penampilan gemilang penjaga gawang Putri Mataram. Tercatata lebih dari lima kali peluang emas dari Putri Wamena mampu dimentahkannya secara brilian.

” Memang saya akui Permain Mataram bagus dalam menjaga pertahanan mereka. Ini pula yang membuat pemain saya frustasi dan mati akal. Beruntung satu gol tercipta melalui tendangan bebas dimenit 73.” kata Rumbina.

Disinggung mengenai target dalam turnamen kali ini, Rumbina mengatakan bahwa masyarakat Jaya Wijaya mengharapkan Putri Wamena meraih prestasi setinggi mungkin, kalau bisa menjadi juara walaupun ini adalah keikutsertaan yang pertama.

Asisten pelatih Putri Wamena mengatakan bahwa tim yang bermain dalam turnamen Sepakbola Putri Indonesia 2006 kali ini adalah tim yang sama ketika mereka menjadi juara turnamen sepakbola putri Papua di Biak tahun 2005. Usia mereka rata – rata 18 tahun. Yang paling senior pun masih berusia 20 tahun.

Melihat sepak terjang Putri Wamena menyemburkan harapan baru untuk Timnas Putri Indonesia. Ternyata masih banyak bakat – bakat muda yang akan sangat berguna bagi Timnas. Seperti dikatakan pelatih Wamena A. Rumbina, para pemain sepakbola putri dari Papua khususnya Wamena memiliki bakat alam dan fisik yang sangat bagus, mereka hanya perlu lebih banyak kesempatan bermain di tingkat nasional untuk menempa mental dan pengalaman mereka. (asp)

Ada Mummi di Jayapura



Mummi tidak hanya terdapat di Mesir. Museum Budaya Papua yang terletak di kawasan Ekspo Kota Jayapura juga menyimpan mummi.

Hingga tahun 2002, museum itu dikelola Departemen Pendidikan Nasional. Setahun setelah itu, museum tersebut dikelola Dinas Kebudayaan Provinsi Papua.

Bangunan museum ini agak terlihat unik dibandingkan bangunan di lain di kawasan itu, karena dindingnya didesain mirip dengan bentuk kulit kayu berwarna coklat.

Koleksi yang ada di sana mulai dari replika mummi, miniatur rumah, peralatan rumah tangga, patung-patung, hingga senjata yang terbuat dari tulang manusia.

"Museum ini paling lengkap di Jayapura. Ada juga museum di dalam kampus Universitas Cenderawasih tapi koleksinya tidak selengkap Museum Budaya Papua," kata Isman, warga Kota Jayapura.

Begitu memasuki museum itu, pengunjung akan disuguhi replika mummi yang ditemukan di perkampungan Suku Dani, di Kabupaten Wamena, Papua. "Di Wamena ditemukan empat mummi. Yang di dalam museum ini replika saja," kata Abner Dimara, petugas jaga museum.

Menurut dia, mummi dibuat dengan cara menguapkan cairan tubuh manusia melalui pengasapan, hingga tubuh manusia yang telah meninggal itu menjadi kering, keras, dan kaku. Pada proses ini tidak diperlukan ramuan pengawet.

Mummi dalam Suku Dani disebut "Hun" artinya roh yang diyakini akan melindungi dan membawa berkah bagi generasi penerusnya.

Sebuah jasad dapat dijadikan mummi jika semasa hidupnya memiliki kharisma seperti seorang kepala suku atau panglima perang. Pengawetan mayat menjadi mummi dilakukan sebagai penghargaan kepada para tokoh kharismatik.

Proses pengawetan mummi dilakukan dengan berpedoman pada sistem religi Suku Dani dan tidak asal mengasapkan begitu saja. Mayat tokoh kharismatik disimpan di satu rumah dan diletakkan di atas perapian.

Pengasapan hanya boleh dilakukan oleh sepasang suami isteri dari kalangan keluarga. Suami bertugas menyiapkan kayu bakar, mengasapi, dan menusuk-nusuk tubuh mayat dengan potongan kayu runcing hinggacairan dari dalam tubuh mayat itu keluar.

Sedangkan isteri bertugas mengambil hasil kebun dan memasak untuk suami selama proses pengasapan. Pasangan suami isteri yang melakukan pengasapan dan orang-orang sekitarnya dilarang bersetubuh selama pembuatan mummi. Orang lain dilarang masuk ke dalam rumah pengasapan mayat. Bila larangan ini dilanggar maka diyakini proses pengawetan mumi tidak berhasil.

Di depan etalase mummi, museum memamerkan sejumlah replika rumah suku, antara lain Honai (rumah Suku Dani di Wamena), Owaa (rumah adat Suku Ekari), Ayomru ( rumah Suku Muyu di Merauke), Modmona (rumah Suku Arfaf dari Manokwari), dan Karewari (rumah Suku Tabusi di Kabupaten Jayapura).

Umummya rumah-rumah itu berbentuk panggung, atap rumbia dan dinding kayu, kecuali ayomru yang dibuat di pohon tinggi

Pembentukan UU Papua, Solusi Untuk Papua


Sebagai orang asli Papua yang lahir dan dibesarkan di tanah Papua, hati ini begitu miris setiap kali membaca ataupun melihat berita-berita terkait dengan pembubaran secara paksa yang seringkali ditindaklanjuti dengan penangkapan oleh aparat keamanan terhadap para pendemo di Papua. Selain itu para pendemo juga acap kali dijatuhi hukum tanpa diakomodir oleh badan hukum yang jelas.

Betapa tidak, di bagian barat dari negara yang sama, yang namanya bendera, lambang daerah, bahkan lagu “kebangsaan” di luar dari bendera, lambang daerah dan lagu kebangsaan resmi bangsa ini dapat diakomodir. Jikalau di barat boleh, mengapa tidak di Papua? Ini yang menjadi pertanyaan serius yang harus dijawab bangsa dan Negera ini.

Konstitusi yang tentu saja masih berlaku di negeri ini menyebutkan bahwa setiap orang mempunyai kedudukan yang sama di mata hukum. Ini berarti menyatakan bahwa warna kulit, agama, jenis rambut, pangkat dan kedudukan, status sosial, dan sebagainya, bukan merupakan penghalang bagi seseorang atau sekelompok orang apalagi sebuah suku bangsa untuk mendapatkan perlakuan yang sama di mata hukum di bumi pertiwi ini.

Tetapi kadang kala konstitusi hukum yang di berlakukan di negeri ini tidak pernah diperhatikan keberadaannya. Bahkan tidak banyak juga yang sering kali melanggar hukum konstitusi yang telah mereka buat sendiri. Yang sekaligus dengan hal ini, menimbulkan berkurangnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap hukum di negeri ini.

Penanganan secara represif terhadap berbagai gejolak yang timbul di satu daerah sudah bukan saatnya lagi. Karena hal ini justru akan membuat kondisi yang semakin tidak kondusif bagi pembangunan kesejahteraan masyarakat. Diperlukan sebuah pendekatan yang tidak bisa dikatakan baru lagi terhadap gejolak-gejolak yang timbul di Papua (baca: persuasif). Sebab bagaimanapun juga, suatu saat pelanggaran terhadap HAM yang seringkali terjadi dan seakan-akan diabaikan di daerah ini justru akan menjadi bumerang bagi keutuhan NKRI sendiri.

DR. Indah Harlina, SH, MH dalam kata pengantarnya sebagai penyunting dalam buku Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Otonomi Khusus (Otsus) di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) menyebutkan bahwa keberadaan UU No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh merupakan sebuah resultante dari sejarah panjang perjuangan dan pergolakan politik di bumi Nanggroe Aceh Darussalam. Tidakkah hal yang sebut saja “sama” (baca: UU Tentang Papua bukan sekedar Otsus) saat ini juga dibutuhkan bagi solusi terhadap berbagai konflik kekerasan yang terus berkepanjangan di Papua.

Mengapa keberadaan UU Tentang Papua itu penting? Ada beberapa alasan yang mendasari penulis untuk mengemukakan pendapat ini:

Pertama: Jikalau melihat tingkat “pencapaian” yang berhasil dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu (baca; Benny Wenda Dkk) sehingga pada bulan Oktober 2008 yang lalu kita semua dikagetkan oleh berita tentang peluncuran International Parlementarian for West Papua (IPWP) dilakukan di House of Commons, 15 Oktober 2008, di London dan pada bulan April 2009 kemarin kita juga dikagetkan dengan peluncuran International Lawyer for West Papua di South Amerika, 3-5 April lalu, seharusnya sudah menjadi warning tersendiri bagi Pemerintah Indonesia untuk lebih serius terhadap masalah Papua.

Jangan sampai terulang kembali seperti dalam kasus lahirnya UU Pemerintahan Aceh (UU PA), dimana Pemerintah Indonesia secara terpaksa harus duduk bersama dengan pihak-pihak tertentu untuk membicarakan masalah dalam negeri, dan kesannya seperti kita di dikte oleh negera lain. Dalam hal ini penulis sangat setuju jika pemerintah pusat sedikit proaktif dan tidak berperan sebagai pemadam kebakaran, yang dikatakan pekerjaan memalukan.

Kedua, dalam rangka mengambil hati orang Papua yang bisa dikatakan tidak sedikit (baca: banyak) yang telah hilang kepercayaannya, pemerintah perlu segera melakukan re-evaluasi terhadap keberadaan UU Otsus yang oleh banyak kalangan dikatakan telah gagal. Berbeda dengan keberadaan UU PA, karena keterlibatan (baca: campur tangan) dari pihak luar itu begitu jelas dan kental, sehingga hal ini secara tidak langsung membuat Pemerintah nampaknya dipaksa untuk segera mengimplementasikan hal-hal yang sudah diatur dalam UU tersebut.

Ketiga, meskipun bisa dikatakan kecil, tetapi kekecewaan yang telah berurat berakar di kalangan generasi muda Papua sehingga tidak sedikit yang masih memiliki asa yang meskipun terpendam untuk merdeka itu perlu diresponi secara positif. Kita lupa bahwa mungkin saja kebakaran besar yang terjadi di Australia beberapa bulan lalu hanya disebabkan oleh sebuah puntung rokok yang secara sengaja atau tidak telah dijatuhkan oleh seseorang. Untuk itu, sebelum gejolak ini terus berkepanjangan, perlu segera dicari solusinya. Dimana solusi yang bisa menjawab dan menjamin segala kerinduan orang Papua yang selama ini terabaikan.

Karena bukan tidak mungkin, ketika hal ini diperhatikan secara serius. Maka tingkat kepercayaan rakyat Papua terhadap NKRI akan semakin bertumbuh. Karena selama ini, penyebab utama ketidakpuasan rakyat Papua terhadap NKRI karena segala kebijakan yang tidak pernah menjawab segala kerinduan orang Papua. Dan dimana orang Papua berada pada posisi yang dirugikan (baca: dikecewakan) oleh segala kebijakan itu.

Keempat, perlunya evaluasi menyeluruh terhadapa kinerja Majelis Rakyat Papua (MRP) yang dikatakan hampir sebagian rakyat Papua bahwa bekerja setengah hati. Banyak pengamat baik dari LSM, bahkan aktivis sendiri menyatakan kekecewaana terhadap kinerja MRP yang kalang kabut, dimana mereka mengatakan bahwa penyebab utama kegagalam MPR adalah intervensi menyeluruh yang dilakukan pemerintah pusat terhadap kinerja mereka.

Hal ini juga menjadi peringatan penting untuk Pemerintah Indonesia, karena pemerintah sendiri yang telah membuat tingkat kepecayaan masyarakat Papua menurun. Dan ini perlu dikaji secara mendalam, kalau tetap mengigingkan rakya Papua berada dalam wilayah keutuhan NKRI. Otsus dan MRP yang dibentuk tidak pernah memberikan solusi kepada rakyat Papua , malahan menimbulkan gejolak yang mendalam.

Kelima, perlu memberikan kepercayaan yang mendalam terhadap masyarakat Papua untuk memberdayakan tanah kelahirannya secara menyeluruh. Undang-Undang No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua bukanlah jawaban semata wayang untuk menjawab hal itu, karena sampai sekarang banyak orang Papua yang harus merenung nasib, karena tidak pernah diberkan kepercayaan oleh pemerintah pusat melalui perpanjangan tangannya pemerintah daerah setempat.

Kadang kala, orang Papua di anggap sebagai makhluk lemah yang tidak berdaya dan tidak mampu bekerja, padahal tidak sedemikian. Sudah barang tentu, image ini menambah tingkat ketidakpuasan rakyat Papua terhadapa pemerintah Indonesia. Sudah tentu, hal ini menimbulkan orang Papua untuk berteriak bebas (baca: merdeka) dari pangkuan NKRI.

Kelima hal yang dipaparkan secara blak-blakan di atas adalah solusi kongkrit yang bisa penulis berikan untuk menjadi acuan yang mendalam untuk Pemerintah Pusat melalui perpanjangan tangannya pemerintah daerah setempat di setiap Kabupaten di Papua.

Penulis tidak bermaksud menghakimi pemerintah sebagai wakil Tuhan yang bekerja setengah hati, tapi penulis di sini bertidak sebagai hamba Allah yang bekerja menegakkan kebenaran, keadilan dan memberikan solusi untuk kesejahteraan masyarakat Papua yang kita cinta bersama saat ini.

Semoga beberapa hal di atas menjadi pertimbangan yang mendalam bagi semua instansi yang terkait. Karena saat ini seluruh masyarakat yang hidup di tanah Papua membutuhkan solusi yang bisa menjawab segala tangisan itu. Berakhir dan tidaknya segala tangisan itu, tergantung dari setiap kebijakan dan keputusan yang Pemerintah Pusat tentukan. Semoga solusi di tas menjawab

Mesin Politik JK-Win Lemah Andre Junaidi - wartaone

Kamis, 09 Jul 2009 09:44 WIB
Mesin Politik JK-Win Lemah
Andre Junaidi - wartaone

Jakarta - Lemahnya mesin politik parpol pendukung menjadi salah satu sebab kekalahan pasangan JK-Win. Partai Golkar dan Partai Hanura dinilai bekerja tidak maksimal sehingga gagal mendulang perolehan suara yang signifikan.

"Mesin politik yang menggerakkan pasangan JK-Win sangat lemah. JK sendiri sejak awal pencalonan tidak mendapat dukungan signifikan dari elit Partai Golkar," kata pengamat politik Duma Socratez Sofyan Yoman di Jayapura, Kamis (9/7).

Menurutnya, imbas dari sikap elit politik Golkar di DPP Partai Golkar yang tidak sepenuhnya mendukung pencalonan JK berpengaruh sampai ke tingkat DPD di berbagai provinsi dan DPC Golkar kabupaten/kota.

Staf pengajar Sekolah Tinggi Teologia Gereja Baptis Papua ini menambahkan, Partai Hanura yang mengusung Wiranto merupakan parpol baru yang belum banyak dikenal. Jarak waktu antara pemilihan presiden dengan pemilihan presiden yang singkat dinilai menjadi bagian lain kekalahan JK-Win.

Faktor lainnya, kata Duma, tim sukses JK-Win kurang memanfaatkan media untuk melakukan pencitraan dan kalau pun itu dilakukan, rentang waktunya pun sangat singkat, yakni hanya pada masa kampanye pilpres.(ant/elv)

Istri Obama Jadi Sasaran Tembak

Semakin dekat jadwal pemilihan Presiden Amerika Serikat, kian seru pula perseteruan di antara kubu Partai Demokrat dan Partai Republik. Black campaign pun mulai dimanfaatkan demi mengejar kemenangan.

Kondisi itulah yang kini terjadi di antara kedua kubu sebagai persiapan untuk pemilu mendatang. Yang menjadi sasaran kali ini adalah Michelle Obama, istri kandidat Partai Demokrat Barack Obama. Apa yang dilakukan terhadap Michelle?

Seperti yang terjadi dalam pertarungan antara Obama dengan Hillary Rodham Clinton dalam konvensi Partai Demokrat lalu, masalah ras menjadi isu yang paling panas bagi kedua kubu, bahkan hingga ke kalangan pemilih.

Masalah ras memang bisa menjadi ‘dagangan’ dan bisa juga sebagai bumerang. Hal ini terkait dengan munculnya Obama yang berpotensi menjadi presiden kulit hitam pertama Amerika. Hal positif yang diambil dari kulit gelapnya adalah, Obama mendapat dukungan melimpah dari pemilih kulit hitam.

Tapi masalah ras pula yang membuat pemilih Amerika terpecah belah antara kulit hitam dengan putih, menyusul pernyataan dari mantan pastor Obama. Itu sempat menjadi bumerang bagi Obama, karena banyak pemilih kulit putih yang mulai berniat meninggalkan senator Illinois itu. Namun, berkat kesigapan dan ketenangan Obama, masalah ras itu sedikit demi sedikit dihilangkan.

Setelah perseteruan soal ras antara kubu Obama dengan Hillary sirna seiring dengan kekalahan mantan Ibu Negara itu dalam konvensi partai, kini isu perbedaan warna kulit itu kembali mencuat. Dan lagi-lagi yang menjadi sorotan adalah kubu Obama.

Memang, di dalam hati sebagian rakyat Amerika, mereka belum siap menerima kehadiran seorang presiden negeri adidaya itu dari kalangan kulit hitam, karena selama ini kaum kulit hitam kerap dinilai sebagai komunitas kelas dua. Lantas, siapa saat ini yang menjadi sasaran tembak?

Ternyata bukan lagi Obama, melainkan istrinya, Michelle. Serangan terhadap Michelle itu terkait dengan ucapannya yang pernah menyebut kata whitey, yang mengacu pada kelompok kulit putih.

Rumors yang menyebutkan Michelle Obama pernah mencemooh kaum kulit putih dengan menggunakan kata whitey, dilakukannya saat ia berpidato di Chicago’s Trinity United Church of Christ. Ucapan Michelle itu sempat tertayang di sejumlah blog di kubu Republik selama beberapa pekan dan kemudian diulang-ulang dalam talk show di radio yang diasuh oleh Rush Limbaugh.

Melihat hal itu, kubu Demokrat langsung bereaksi dengan mengatakan bahwa rumors itu hanya untuk menjatuhkan Obama menjelang pemilu nanti.

Tim kampanye Obama mengatakan bahwa Michelle Obama tidak pernah menggunakan kata whitey dalam pidato di gerejanya itu. Untuk meredam isu itu tak semakin merusak reputasi Obama dan istrinya, tim kampanyenya segera meluncurkan situs Web.

“Tak ada rekaman seperti itu,” kata kubu Obama dalam situsnya, http://www.fightthesmears.com. “Michelle Obama tidak pernah berbicara dari atas mimbar di gereja Trinity dan tak pernah menggunakan kata itu.”

Kejadian itu tentu saja tak mengenakkan hati Obama yang tengah mencoba membangun citra sebagai calon pemimpin masa depan. Ia perlu membangun citra itu karena selama ini ia selalu disudutkan sebagai kandidat presiden yang minim pengalaman dan tak punya latar belakang militer serta lemah dalam kebijakan luar negeri.

Upaya membangun citra itu bisa saja sia-sia jika kubunya tak segera melakukan klarifikasi melalui Web. Penjelasan melalui Internet ini mutlak dilakukan karena black campaign itu juga disebarkan melalui blog yang memanfaatkan komunitas netter.

Kampanye hitam lewat Web memang cukup ampuh karena daya sebarnya cukup luas dan menjangkau hampir semua kalangan yang mengakses Web.

Sebaiknya, kubu Obama tak hanya memberikan klarifikasi, tapi mulai menggiatkan kembali kampanye lewat Internet, seperti yang ia lakukan pada konvensi Demokrat melawan Hillary.

Ini perlu segera dilakukan, karena sebelumnya, lagi-lagi Michelle, yang dipertanyakan patriotismenya terhadap Amerika Serikat. Hal itu bermula ketika Michelle mengomentari kampanye suaminya, yang membuat ia bangga terhadap Amerika ‘untuk pertama kalinya’.

Fox News Channel ‘bahkan mengganggu’ Michelle Obama dengan ungkapan slang, “Obama’s baby mama”. Itu untuk menggambarkan seorang perempuan yang memiliki bayi di luar nikah.

Ini menjadi tugas utama Obama untuk ‘membersihkan’ nama keluarganya dari segala hal yang dapat menghambat upayanya menduduki Gedung Putih. Namun, counter attack tak perlu dilakukan dengan black campaign juga, karena hal ini justru akan mengganggu karismanya di mata rakyat Amerika.

Ia hanya perlu berkampanye dengan menyentuh segala permasalahan yang dihadapi rakyat Amerika kebanyakan. Mengapa? Saat ini Amerika masih dirundung duka kelesuan ekonomi. Dengan menyentuh isu-isu sosial dan ekonomi, sepertinya sulit bagi McCain untuk menghadang laju Obama. [Teguh Rachmanto ]

Presiden Obama Kangen Nasgor dan Bakso

Presiden Obama Kangen Nasgor dan Bakso
Rabu, 26/11/2008
GETTY IMAGES/BRUNO VINCENT
Barack Obama
SEATTLE, RABU - Presiden Amerika Serikat terpilih Barack Obama menyatakan kerinduannya untuk datang ke Indonesia, tempat dia tinggal sewaktu kecil.

"Beliau dengan bahasa Indonesia yang masih fasih, mengatakan apa kabar. Saat saya undang untuk datang ke Jakarta saat APEC summit di Singapura tahun depan, beliau mengatakan datang ke Indonesia sangat penting, selain untuk meningkatkan kerja sama juga untuk menikmati bakso, rambutan dan nasi goreng," kata Presiden Yudhoyono menceritakan percakapannya melalui telepon dengan Presiden Obama di Bandara Tacoma Seattle, Amerika Serikat, Senin waktu setempat.

Presiden Yudhoyono berada di Seattle saat transit dalam perjalanannya dari Lima, Peru menuju Jakarta.

Dalam percakapannya itu, kedua Kepala Negara berkomitmen untuk meningkatkan hubungan kedua negara dan saling mendukung peran kedua negara dalam forum-forum internasional.

Juru bicara Presiden Dino Patti Djalal mengatakan percakapan telpon itu berlangsung sekitar enam menit dan sebenarnya telah dirancang sejak sebelum Presiden Yudhoyono meninggalkan Tanah Air 13 Nopember lalu.

Dalam percakapan itu, Presiden Yudhoyono juga menyampaikan selamat atas kemenangan Presiden Obama dalam pemilu beberapa waktu lalu dan menyatakan siap bekerja sama dengan Obama melanjutkan hubungan baik itu.

Menurut Dino, Presiden Obama juga menyatakan kebanggaannya bila bisa berkunjung ke Indonesia suatu saat nanti untuk mempererat hubungan Indonesia dan Amerika.

Dalam perjalanan pulang ke Tanah Air, Presiden Yudhoyono dijadwalkan kembali singgah di Bandara Nagoya Jepang sebelum melanjutkan perjalanan ke Jakarta. (ANT/EH)